Solidaritas

advertise here
Solidaritas - Ketika menulis kata solidarity (atau solidaritas dalam Bahasa Indonesia), yang teringat selalu adalah ketika saya diospek jurusan dahulu. Hal yang paling utama yang didengung-dengungkan oleh para senior saya adalah rasa solidaritas - rasa setia kawan. Untuk melatih dan membina rasa solidaritas itu, kami diberi tugas yang sedimikian sulit dan terkadang kalau dipikir sangat mustahil untuk dilakukan. Gw ingat ketika pulang habis ospek jurusan jam 10 malam, balik ke basecamp bersama teman-teman dengan membawa setumpuk tugas. Bawa kacang ijo lah, bikin jahe, bawa roti yang dibentuk tertentu, kartu tugas yang diwarnai gradasi, dan masih banyak lagi, sementara pagi jam 5 sudah harus kumpul lagi di kampus.
Solidaritas

Jika hanya dilakukan sendiri, tugas itu mustahil untuk diselesaikan. Tapi kemudian dengan rasa solidaritas itu, tugas itu dibagi dan ajaibnya besok ketika jam 5 pagi tugas itu bisa dilengkapi semua dan kami pun masih SEMPAT tidur selama 1-2 jam. Saya tidak bisa membayangkan jika pada saat itu semua orang berpikir secara individualistis, mungkin selain tidak dapat tidur, tugas juga belum tentu selesai.

Jika ada junior yang mengorbankan rasa solidaritas tersebut, walhasil di telinganya akan terdengar suara para senior yang berteriak," Kamu MTK (Makan Tulang Kawan) yah?!!!" Lalu dapat hukuman lah para juniornya tersebut, entah itu push-up, sit-up, or hukuman berat lainnya.

Hari ini saya diingatkan kembali tentang apa itu rasa solidaritas. Ternyata membangun rasa solidaritas itu susah, tapi lebih susah lagi mempertahankannya. Terkadang keinginan pribadi seseorang begitu kuat menguasai dirinya, hingga terkadang membutakan matanya. Betapa kecewanya ketika menemukan teman-teman yang kita anggap teman seperjuangan berubah 180 derajat. Demi kepentingan pribadinya mereka sampai mengorbankan rasa solidaritasnya dengan kawan. Yang lucunya lagi adalah, terkadang alasan yang diambil, untuk melindungi tindakan itu, tidak masuk akal dan tidak logis.

Hal yang sama dapat kita lihat di kancah politik kita. Para kaum elite baik yang beda partai atau internal partai saling gontok-gontokan demi kepentingan pribadinya.

Tiba-tiba saya berpikir kembali, "ada gak sih di dunia ini Solidaritas yang sejati ?" "ataukah itu hanya utopia belaka?"